SURABAYA - Perang antara Rusia dan Ukraina semakin sulit terhindarkan, kedua negara bekas Uni Soviet itu saling meluncurkan serangan.
Presiden Rusia Vladimir Putin terus berupaya menginvasi serangan militer ke Ibu Kota Ukraina, Kiev.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mulai berharap hadirnya bantuan untuk menyelamatkan rakyatnya.
Disadur dari VOA, Amerika Serikat (AS) menginfokan bakal membantu Ukraina dengan mengirimkan bantuan militer tambahan, disertai perlengkapan anti-tank dan pertahanan udara.
Menurut Zelenskiy, bantuan dunia sangat berarti untuk bisa mempertahankan Ibu Kota Kiev.
Setelah militer Rusia berhasil masuk ke Kiev, pihak berwenang menetapkan pemberlakuan pembatasan waktu beraktivitas hingga Senin (28/2/2022) pagi.
Sejauh ini, Zelenskiy masih "setia" berada di Kiev sebagai bentuk memompa keyakinan rakyatnya melawan serangan Rusia.
"Saya di sini. Kami tidak meletakkan senjata. Kami akan membela negara kami, karena senjata kami adalah kebenaran, dan kebenaran kami adalah bahwa ini tanah kami, negeri kami, anak-anak kami, dan kami akan mempertahankan semua ini," ujar Zelenskiy, seperti dikutip dari VOA.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan pada hari Sabtu bahwa AS akan memberikan bantuan militer tambahan senilai $350 juta (sekitar Rp5 triliun) kepada Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan kedaulatannya.
Bantuan itu disambut baik oleh Mantan Dubes AS untuk Ukraina, William Taylor. "Ini bantuan senilai 350 juta dolar lainnya untuk rompi pelindung, yang diperlukan untuk melindungi orang-orang yang menghadapi senjata anti-tank, seperti senjata anti-pesawat Javelin, Stingers," kata William.
William menganggap apa yang dilakukan Zelensky untuk meyakinkan rakyatnya dinilai berhasil.
"Ia maju, berdiri, memimpin bangsanya. Orang-orang berbaris di belakangnya, mereka mendukungnya, pemimpin oposisi, warga sipil, militer jelas bangga dipimpinnya," tandasnya.
Imbas serangan militer Rusia kepada Ukraina menuai banyak protes dari masyarakat dunia. Terjadi aksi unjuk rasa menyatakan anti-perang.
"Sekarang, semua negara besar telah menjatuhkan sanksi kepada Putin dan orang-orang di Rusia tidak senang dengan ini. Ada berbagai demonstrasi di Rusia. Semua pembela di Barat, semua orang yang dibina dan dibayar Putin, semuanya meninggalkannya satu demi satu. Maksud saya, sekarang ia benar-benar terisolasi, bahkan China, mitranya dalam hal ini, berusaha menjauhkan diri darinya," jelas Bill Browder dari Global Magnitsky Justice Campaign.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lukman Hadi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi