JAKARTA-Nama Tri Rismaharini atau yang akrab dipanggil dengan Ibu Risma tampaknya sudah tidak terdengar asing lagi di telinga masyarakat, terutama sejak beliau ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sosial pada tahun 2020 lalu. Sepak terjangnya sebagai Walikota Surabaya pada periode 2010-2015 dan 2016-2021 berhasil menorehkan berbagai prestasi yang turut mengembangkan namanya hingga menjadi seperti saat ini. Tentunya segala keberhasilan yang dicapai oleh Ibu Risma tidak terlepas dari sosok kepemimpinannya yang menarik untuk ditelisik lebih lanjut.
Menelaah Gaya Kepemimpinan Tri Rismaharini Berdasarkan Perspektif Kepemimpinan Transformasional
Terdapat berbagai macam teori dalam mengidentifikasi gaya kepemimpinan seseorang, salah satunya yaitu teori kepemimpinan transformasional yang dipelopori oleh James McGregor Burns (1978) dan kemudian dikembangkan oleh Bass & Avolio (1990).). Adapun kepemimpinan transformasional adalah proses dimana pemimpin membangun hubungan dan keterikatan yang dapat meningkatkan motivasi serta moralitas para pengikutnya.
Melalui kepemimpinan transformasional, Ibu Risma berhasil menduduki posisi ketiga walikota terbaik di dunia versi The World Mayor Foundation pada tahun 2015. Teori kepemimpinan transformasional yang dikembangkan oleh Bass & Avolio (1990) terdiri dari empat komponen, yaitu idealized influence, intellectual stimulation, inspirational motivation, dan individualized consideration. Ibu Risma sendiri dalam memimpin sudah menerapkan keempat komponen tersebut.
Pertama, idealized influence yaitu perilaku pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk berdedikasi dan menumbuhkan sikap self-sacrifices. Secara tidak langsung, sikap Ibu Risma yang penuh dedikasi dan pengorbanan untuk masyarakatnya turut mempengaruhi para jajaran birokrat. Hal tersebut tercermin dari kebiasaan beliau baik saat menjadi Walikota Surabaya maupun Menteri Sosial yang rela bangun pagi dan datang lebih awal untuk memantau secara langsung (blusukan) kondisi di lapangan.
Kedua, intellectual stimulation yaitu perilaku pemimpin dalam mempengaruhi pengikutnya untuk melihat suatu masalah dari perspektif baru sehingga dapat menemukan solusi yang kreatif dan inovatif. Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Surabaya, Ibu Risma melakukan berbagai inovasi yang berhasil masuk Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) Kementerian PANRB, diantaranya seperti Inovasi Tahu Panas (Tak Takut Hujan dan Tak Takut Kepanasan) yaitu program perbaikan pemukiman penduduk dan Inovasi Pelayanan Publik 6 in 1 yang mengintegrasikan berbagai layanan mengenai kependudukan berbasis online (surabaya.go.id. 2018).
Ketiga, individualized consideration yaitu peran pemimpin dalam memberikan dorongan, dukungan, maupun pelatihan kepada para pengikutnya. Ibu Risma merupakan sosok pemimpin dengan rasa empati yang tinggi. Adapun contoh aksi nyata yang pernah Ibu Risma lakukan yaitu melalui program inovasi Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda yang bertujuan untuk memberikan pendampingan, pelatihan, serta pemberdayaan ekonomi dengan sasaran komunitas perempuan dan keluarga. Program tersebut dilakukan sebagai bentuk respons pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan pengangguran di Surabaya.
Keempat, inspirational motivation yaitu kemampuan pemimpin untuk mengomunikasikan dan menyampaikan visinya sehingga para pengikutnya dapat terinspirasi dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan Ibu Risma yang terkenal cukup emosional menjadi simbol bagi para pegawainya agar terus melakukan improvisasi dalam mewujudkan tujuan bersama yaitu kesejahteraan masyarakat.
Sosok Tri Rismaharini sebagai Pemimpin Perempuan Indonesia
Keterkaitan antara gender dengan kepemimpinan seseorang selalu menjadi komparasi yang hangat diperbincangkan hingga menciptakan istilah kesetaraan gender. Berdasarkan data Global Gender Gap Report 2020 yang dirilis oleh World Economic Report (WEF), Indonesia menduduki peringkat 85 dari 153 negara dalam hal kesetaraan gender. Tidak dapat dipungkiri bahwa di Indonesia masih terdapat kesenjangan peran pemimpin perempuan khususnya dalam kiprah politik. Ibu Risma merupakan salah satu figur perempuan Indonesia yang berhasil melebarkan sayapnya bahkan hingga ke kancah internasional.
Perempuan sebagai pemimpin cenderung menggunakan pendekatan interpersonal sedangkan laki-laki cenderung menekankan pada sasaran organisasi atau task-oriented (Yukl, 2013). Menurut Allan dan Coltrane, sifat perempuan yang cenderung emosional juga menciptakan stereotip tersendiri bahwa perempuan memiliki emosional yang tinggi dengan menunjukkan keenam hal yaitu perasaan, perkataan, ekspresif, mudah menangis, sensitif, dan terbuka.
Sejalan dengan narasi tersebut, kepemimpinan Ibu Risma memang terkenal cukup emosional. Hal itu tercermin dari beberapa tindakannya seperti saat sujud dan menangis di hadapan dokter yang mengungkapkan keluhannya perihal penanganan Covid-19 di Surabaya. Belum lama ini, Ibu Risma juga sempat menggegerkan dunia maya lantaran tindakannya yang memarahi salah satu petugas penyalur bansos di Kabupaten Gorontalo karena data bansos yang tidak beres. Ketegasannya tersebut mencerminkan profesionalitas dan dedikasinya dalam mengemban tugas yang diamanahkan oleh rakyat kepada Ibu Risma.
Sosok kepemimpinan Ibu Risma juga merepresentasikan bahwa perempuan memiliki potensi yang setara bahkan lebih baik dalam memimpin daripada laki-laki. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh Ibu Risma berdasarkan beberapa prestasi yang berhasil diukirnya. Sebagai perempuan pertama yang terpilih menjadi Walikota Surabaya, Ibu Risma berhasil masuk ke jajaran 50 pemimpin terhebat di dunia versi Majalah Fortune. Bahkan, berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada 5 Desember 2021, Ibu Risma merupakan sosok pemimpin perempuan yang berhasil menduduki posisi pertama menteri dengan kinerja terbaik di Kabinet Jokowi-Ma’ruf.
Kepemimpinan Inovatif Ala Tri Rismaharini dalam Menghadapi Era Digitalisasi
Dalam menghadapi era disrupsi seperti saat ini, diperlukan sosok pemimpin yang mampu beradaptasi dan agile terhadap berbagai perkembangan teknologi. Sebagai bentuk perwujudan reformasi birokrasi, Ibu Risma berhasil melakukan berbagai inovasi pelayanan publik berbasis digital yang menjadikan Surabaya sebagai kota segudang prestasi. Inovasi digitalisasi yang berhasil diwujudkan oleh Ibu Risma selama menjabat sebagai Walikota Surabaya tercermin dalam berbagai program, diantaranya seperti e-Permit yaitu aplikasi untuk mengurus segala hal mengenai perizinan, e-Health yaitu aplikasi untuk memudahkan akses pelayanan kesehatan, dan Command Center yaitu aplikasi siaga bencana yang mengerahkan 2.000 CCTV untuk mengontrol kota Surabaya dari hal darurat.
Berkat inovasi-inovasi yang dicanangkan oleh Ibu Risma, Kota Surabaya berhasil meraih penghargaan Guangzhou Award: Online Popular City pada tahun 2018. Pada tahun yang sama, Kota Surabaya juga berhasil memperoleh penghargaan OpenGov Recognition of Excellence 2018. Pada tahun 2016, Kota Surabaya mendapat penghargaan Startup Nation Award for Local Policy Leadership serta penghargaan Innovative City of The Future dalam London Summit Leader pada tahun 2014. Penghargaan-penghargaan tersebut diberikan kepada Kota Surabaya atas berbagai inovasinya dalam memanfaatkan teknologi di sektor pelayanan publik.
Oleh: Fadilla Chesiana
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi