SUARA INDONESIA SURABAYA

Mengulik Sejarah Panjang Reog Ponorogo, Tercipta karena Niat Jahat Raja Singa Barong

Redaksi - 08 August 2022 | 13:08 - Dibaca 481 kali
Budaya Mengulik Sejarah Panjang Reog Ponorogo, Tercipta karena Niat Jahat Raja Singa Barong
Tarian tradisional Reog Ponorogo. (Foto: iStockphoto/free)

SURABAYA - Siapa sih yang gak kenal dengan budaya satu ini? Yups betul, Reog. Tarian budaya tradisional Reog sering juga disebut Barongan.

Reog merupakan budaya Indonesia yang masih bertahan hidup dari gempuran zaman. Pagelaran Reog kini masih ramai di kalangan masyarakat modern bahkan para wisatawan mancanegara jauh-jauh hanya ingin menyaksikan pagelaran tersebut.

Tak heran jika budaya tersebut masih ramai hingga saat ini, dengan keunikan dan iringan suara gamelan yang membuat daya tarik tersendiri. 

Nah perlu kalian ketahui di balik keunikannya, Reog mempunyai asal-usul yang bikin kalian geleng-geleng sendiri. 

Berikut ini sejarah asal-usul Reog Ponorogo.

Sejarah Reog

Di sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kediri, hiduplah seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Sanggalangit.

Semua raja-raja di sekitar Kediri, berlomba-lomba melamar Dewi Sanggalangit. Namun sang putri tidak berminat menerima lamaran mereka.

Raja Kediri, ayah Dewi Sanggalangit menjadi khawatir, sikap Dewi bisa memicu peperangan antar kerajaan. Meskipun hak menikah berada di tangan Dewi, namun pada akhirnya Raja Kediri mulai campur tangan.

Saat ayahnya menyuruhnya menikah, akhirnya Dewi Sanggalangit memikirkan perkataan sang ayah. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat sayembara.

Syarat untuk menjadi suaminya harus memberikan pementasan yang belum pernah ada di negerinya. Selain itu calon pelamar harus diiringi 140 penunggang kuda kembar dan seekor binatang berkepala dua.

Sang raja menghela nafas, namun apa boleh buat ia mengumumkan hal itu ke seluruh negeri.

Syarat itu sungguh berat, banyak raja-raja yang mundur dan hanya menyisakan dua kandidat yakni Singa Barong dari kerajaan Rodaya dan Raja Klana Sewadana dari Kerajaan Bantar Angin.

Mereka berdua berjanji akan membawa apa yang diinginkan Dewi Sanggalangit. Sayangnya Singa Barong yang licik punya rencana curang. Ia bermaksud untuk menghadang rombongan Raja Klana Sewandana.

Maka waktunya telah tiba, Raja Klana Sewadana telah menyiapkan semuanya, kecuali binatang yang berkepala dua. Ia hanya membawa hewan peliharaannya yang cantik, ia membawa burung merak yang cantik.

Rombongan Raja Klana Sewandana telah sampai di hutan. Tiba-tiba seekor singa mengamuk. Dialah Raja Singa Barong yang berubah wujud jadi singa. Rombongan Raja Klana Sewandana tidak bisa menahan amukan si singa, korban mulai berjatuhan.

Raja Klana Sewandana tahu kelemahan Raja Singa Barong, ia melepas hewan peliharaannya dan hinggap di kepala Singa Barong. Burung itu mematuk kutu-kutu yang berada di Singa Barong.

Usaha Raja Klana Sewandana berhasil, Singa Barong berhasil mengamuk karena keenakan.

Saat melihat Singa Barong dan merak peliharaannya, Raja Sewandana melihat hewan berkepala dua. Ia pun tersenyum dan mengeluarkan pecut saktinya yang bernama Pecut Samandiman.

Raja Klana Sewandana melecutkan pecut dan mengeluarkan bunyi yang menggelegar. Singa Barong menjadi lemas dan tidak bisa berubah wujud menjadi manusia lagi. Semua rombongan terkejut, sebab merak dan singa bersatu.

Maka genaplah syarat yang diberikan Dewi Sanggalangit. Rombongan Raja Klana Sewandana akhirnya melanjutkan perjalanan dengan penuh suka cita ke Kediri.

Saat sampai di sana, Dewi Sanggalangit terpesona dengan keunikan berkepala dua yang dibawa sang Raja Klana Sewandana.

Dewi Sanggalangit terkesan dengan Raja Klana Sewandana dan akhirnya menerima sang raja menjadi suaminya. Raja Kediri merasa lega, pernikahan segera dilangsungkan dengan sangat meriah.

Sampai saat ini pertunjukan yang di suguhkan Raja Klana Sewandana masih ada dan dinamakan Reog Ponorogo.

Reog juga masih sangat kental dengan hal-hal kemistisannya dan ilmu kebatian yang kuat.


Pewarta : Panca

Editor : Lukman Hadi

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Redaksi
Editor : Lukman Hadi

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya