TRENGGALEK - Memasuki musim penghujan, masyarakat yang berada di hilir tepatnya jalur sungai diminta tidak panik.
Hal itu disampaikan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Tugu Trenggalek, Yudha Tantra Ahmadi.
Pihaknya memperkenalkan fungsi bendungan tugu. Salah satunya berfungsi menahan aliran air dari hulu ke hilir untuk pencegahan banjir.
"Fungsi bendungan Tugu untuk menghambat waktu aliran air dari hulu ke hilir sudah berjalan," tutur Yudha, Jum'at (5/2/2021).
Dengan target selesai kontrak di bulan Desember 2021, jika dikatakan menampung air saat ini masih bersifat sementara.
Dijelaskan Yudha, karena untuk bangunan pengelak yang berfungsi sebagai penyalur debit banjir disaat pelaksanaan konstruksi tubuh bendungan belum di laksanakan plugging beton.
Jadi ada dua saluran pengelak, namun yang digunakan hanya satu untuk aliran air. Untuk sementara ini masih menutup satu bangunan pengelak saja.
"Jadi air hanya diarahkan untuk mengalir ke jalur pengelak satu saja," ucapnya.
Yudha juga menerangkan bahwa dengan menutup satu bangunan pengelak, sudah bisa menghambat waktu air untuk mengalir ke hilir.
Dua saluran pengelak nanti akan di plugin atau di tutup dengan beton, selanjutnya aliran air akan dikeluarkan melalui katup saluran sendiri yakni pintu hidro mekanika.
Kemarin pada saat hujan deras dan debit air dari hulu besar, terutama dari arah Ponorogo sudah mencapai elevasi pintu 169,3.
Padahal untuk angka elevasi 190, maka kurang satu meter lagi sudah masuk intake.
"Jika di jabarkan air sudah tertampung setinggi 3 meter dari total kapasitas 89 meter," kata Yudha menerangkan.
Menurut Yudha, dengan total tinggi bendungan sekitar 89 meter, dan masih menampung 10 meter berarti hanya sekitar 2 persen saja.
Jadi masyarakat Trenggalek tidak perlu khawatir, karena saluran pengelak itu sudah di setting debit skala ulang Q 25 tahunan atau debit banjir 25 tahunan.
Artinya debit banjir terbesar selama 25 tahun terakhir atau penggunaan data maksimum terjadinya banjir.
Bahkan setelah bendungan selesai, data maksimum juga di hitung, dengan reduksi banjir debit skala ulang Q 1000 tahunan.
Terhitung pada 1000 tahun terakhir, diambil debit terbesar banjir. Dengan kapasitas reduksi 62,0 meter kubik.
"Semua telah diatur dari debit keluar, air yang tertampung hingga ketinggian debit air," tutur Yudha.
Sedangkan kapasitas, Yudha menambahkan, bendungan tugu mampu menampung 9,7 juta meter kubik. Untuk melepas ke hilirnya akan di hitung lagi sesuai kebutuhan hilir.
Seperti kebutuhan daerah irigasi, kemudian akan ada juga volume yang akan di lepas untuk air baku sebesar perhari 12 liter per detik.
"Semua perhitungan tersebut telah sesuai dengan desain, juga ada lagi potensi untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro," ungkap Yudha menerangkan.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Rudi Yuni |
Editor | : |
Komentar & Reaksi